Tidak
dipungkiri, sambutan para pemuda atas kehadiran tahun Hijriah memang tidak
semeriah ketika mereka menyambut datangnya tahun baru Masehi. Namun, kita tidak
perlu terlalu risau, karena yang kita inginkan dalam perayaan tahun Hijriah
bukanlah dengan berfoya-foya yang tidak ada manfaatnya. Bukan dengan pesta pora
apalagi sampai melakukan hal yang dilarang oleh agama. Bagi kita, pemuda Muslim
yang terpenting adalah bagaimana kita memaknai hadirnya tahun baru Hijriah.
Tahun Hijriah
merujuk pada sejarah hijrahnya Nabi Muhammad saw ke kota Yastrib, sebuah
perkampungan subur dengan kebun-kebun kurma yang kelak dikenal dengan nama
Madinah. Hijrahnya Rasulullah merupakan loncatan penting terhadap perkembangan
Islam kala itu, baik dalam segi politik, ekonomi, juga kekuatan dalam
berdakwah.
Jika direnungkan
ada beberapa pesan yang bisa kita tangkap dari perintah hijrah yang terjadi
pada tahun ke-13 kenabian tersebut. Pesan yang paling tampak adalah untuk
mempertahankan keimanan umat Islam. Bukan cerita asing bahwa umat Islam yang
kala itu menjadi kelompok minoritas menjadi bulan-bulanan kaum kafir Quraisy di
Makkah. Mereka disiksa karena keimanannya dan dipaksa untuk kembali memeluk
agama kafir dan menyembah berhala. Melihat fenomena itulah turun perintah dari
Allah swt agar umat Islam segera hijrah ke Madinah, karena di sana mereka lebih
bisa diterima oleh Masyarakat dan keimanan lebih terjamin serta lebih aman
dalam beribadah, tanpa dihantui rasa takut terhadap gangguan orang kafir.
Di sinilah
kita coba menangkap pesan dibalik misi hijrah Rasulullah saw. Secara tidak
langsung misi hijrah tersebut mengajak kita untuk juga mengikuti langkah beliau
untuk berhijrah. Hijrah itu sendiri secara arti luas adalah perubahan dari
suatu keadaan pada keadaan yang lebih baik yang jika dibahasakan sekarang
adalah reformasi. Hijrahnya Rasulullah ke Madinah adalah satu contoh besar dari
beliau agar kualitas iman umat Islam lebih terjaga, karena dengan tinggal di
Madinah mereka berada pada lingkungan islami yang jauh dari lingkungan syirik
seperti di Makkah. Hijrah kita tentu tidak harus dengan berpindah tempat, namun
yang terpenting adalah hijrah dengan meninggalkan kemaksiatan dan diganti
dengan ketaatan.
Tidak
dipungkiri bahwa ajaran Islam menuntut pemeluknya untuk terus menjadi lebih
baik dari hari-hari sebelumnya. Inilah hal terpenting yang bisa kita tangkap
dari misi hirah Nabi saw. Untuk menjadi lebih baik tentu kita harus bisa
melakukan muhâsabatun-nafsi (introspeksi diri). Sayyidina Umar
bin Khaththab ra pernah mengatakan, “Introspeksi diri kalian sebelum kelak
di introspeksi dihadapan tuhan.” Dengan melakukan introspeksi diri kita
akan tahu sejauh mana kita telah melakukan kejelekan, kemasiatan, dan berbagai
tindakan yang bertentangan dengan agama, sehingga kita bisa menggantinya dengan
hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat.
Tsalits Najmuddin
0 komentar :
Posting Komentar