Diceritakan
bahwa Rasulullah e bersabda, “Pada malam ketika aku diisra’kan aku
melihat beberapa kaum yang bergelantungan pada dahan-dahan dari api. Aku
bertanya, “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?” Jibril menjawab, “Mereka adalah
orang-orang yang mencaci ayah dan ibu mereka di dunia.”
Juga
diceritakan bahwa shahabat Rasulullah e, Alqamah, adalah seseorang yang sangat taat kepada Allah I dalam shalat, puasa, dan sedekah. Suatu ketika ia
ditimpa penyakit hingga kondisinya sangat parah. Lalu istrinya menemui
Rasulullah untuk mengabarkan tentang keadaan suaminya. Rasullullah menyuruh
Ammar dan Shuhaib serta Bilal untuk menuntun Alqamah membaca syahadat, tetapi
anehnya lidah Alqamah kelu dan tidak bisa mengucapkannya.
Rasulullah e pun heran. Beliau lalu mencari ibunya yang sudah lanjut usia. Setelah ditanya oleh
Rasullullah, ibunya menjawab, “Wahai Rasulullah, aku sedang marah kepadanya.”
“Mengapa begitu?” lanjut Rasulullah. “Ia lebih mementingkan istrinya daripada
aku dan ia durhaka kepadaku,” jawab sang ibu. Akhirnya Rasulullah e bersabda,
“Sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah menjadi penghalang bagi lisan Alqamah untuk
mengucapkan syahadat.” Lalu beliau bersabda kepada ibunya, “Demi Dzat yang
jiwaku di tangan-Nya, Alqamah tidak akan mendapatkan manfaat dengan shalatnya,
puasanya, dan sedekahnya jika kamu masih marah kepadanya.” Kemudian Nabi
menakut-nakuti ibu Alqamah dengan mengumpulkan kayu bakar untuk membakar
anaknya sebagai gambaran siksa anaknya di neraka. Melihat hal itu, ibunya pun
tak tega, merasa iba dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku mempersaksikan kepada
Allah Ta’ala, para malaikat, dan semuanya, kaum Muslimin yang hadir bahwa aku
kini telah rida kepada anakku, Alqamah.”
Hikmah dari
kisah di atas, sesungguhnya kemarahan seorang ibu Alqamah menghalanginya untuk
mengucapkan syahadat dan ketidakridaan sang ibu membuat lisannya tidak mampu
mengucapkannya. Barang siapa yang durhaka kepada orang tua atau lebih
mementingkan sesuatu dibandingkan ibunya, maka ia mendapatkan laknat dari
Allah, para malaikat, dan semua manusia hingga dilempar ke neraka jahanam.
Allah tidak akan menerima pengganti atau penebus kecuali ia bertaubat kepada
Allah dan berbuat baik kepadanya serta memohon keridaannya. Karena
keridaan Allah ada pada
keridaannya dan murka Allah ada pada murkanya.”
Firman Allah dalam al-Quran, “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.” (QS. al-Isra’, 23)
Ayat inilah
yang digunakan sebagai dalil al-Quran untuk berbakti kepada orang tua (ibu dan
ayah). Walaupun orang tua beragama non-Muslim,
tetap saja anak harus taat atas apa yang diperintahkannya selagi bukan dalam
ranah kemaksiatan.
Dalam ayat di atas
terdapat kalimat “Jangan mengatakan Ah”, artinya, janganlah
berkata-kata kasar kepada keduanya sampai mereka berumur lanjut. Di samping itu, wajib bagi
seorang anak untuk berbakti (memberikan pengabdian) kepada mereka sebagaimana
mereka berdua telah berbakti kepada anaknya. Bahkan, bentuk bakti orang tua kepada
anak justru lebih tinggi dari
pada kebaktian anak kepada orang tuanya, karena sampai kapan pun jasa orang tua tidak akan pernah bisa dibalas.
Dalam Shahîh
Bukhari dan Shahîh Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah e bersabda, “Maukah aku beritahu kalian tentang dosa
besar yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua
orang tua.”
Durhaka
kepada orang tua merupakan dosa yang paling besar. Berada di urutan kedua
setelah dosa syirik kepada Allah, pantaslah jika orang yang durhaka kepada
orang tua akan mengalami kesengsaraan dalam menjalani roda kehidupan.
Sejatinya
segala perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia akan mendapatkan balasan
siksa di hari kiamat setelah mereka
tidak bernyawa. Beda halnya dengan perbuatan dosa yang berupa durhaka
kepada orang tua, karena Allah akan menyegerakan siksanya di dunia sebelum dia
meninggal. Yakni hukumannya akan diberikan di dunia sebelum hari kiamat,
membuat si pelaku yang durhaka kepada orang tua, akan menjalani hidup sengsara.
Yazid Bustomi/Tauiyah
0 komentar :
Posting Komentar